Monday, May 26, 2008

Sandera 1

“Kenapa tho kamu nggak mau dengerin omongan bapak?”

“Bukannya Lia nggak mau dengerin bapak, tapi ini memang sudah jadi keputusan Lia, Pak.”

“Keputusan apa? Mbok ya dipikir dulu dengan matang.”

“Sudah Lia pertimbangkan, Pak. Berkali-kali malah. Dan Lia tetap pada pilihan Lia.”

“Kamu itu memang keras kepala. Kalo milih itu mbok ya lihat-lihat… yang prospektif buat masa depan.”

“Menurut Lia itu juga prokpektif. Lagipula Lia sudah terlanjur suka.”

“Suka aja nggak cukup jadi modal, Nduk.”

“Iya, Lia tahu Pak. Lia juga tidak asal pilih. Lia udah gede Pak. Sudah bisa nentuin pilihan Lia sendiri. Kenapa sih Bapak tidak percaya sama pilihan Lia?”

“Bukannya Bapak tidak percaya. Bapak itu Cuma ndak ingin kamu nyesel di kemudian hari. Kamu itu baru anak kemarin sore. Belum banyak makan asam garam kehidupan ya Nduk.”

“Udah, bapak tenang aja. Lia cinta sama pilihan Lia. Lagipula, nggak ada salahnya kan?”

“Lalu apa yang kamu harapkan dari pilihanmu itu? Apa dia bisa membuatmu bahagia?

“Lia pikir … iya bapak.”

“Ya sudah kalo itu sudah jadi keputusanmu.”
...to be continued

1 comments:

Nabio said...

wew. continued.. ;p

 
design by suckmylolly.com