Sunday, April 20, 2008

Lessons in Logic

If your father is a poor man,
it is your fate but,
if your father-in-law is a poor man,
it’s your stupidity.
………… ……… ……… ……… ……… ……… ………
I was born intelligent -
education ruined me.
………… ……… ……… ……… ……… ……… ………
Practice makes perfect…..
But nobody’s perfect….. .
so why practice?
………… ……… ……… ……… ……… ……… ………
If it’s true that we are here to help others,
then what exactly are the others here for?
………… ……… ……… ……… ……… ……… ………
Since light travels faster than sound,
people appear bright until you hear them speak.
………… ……… ……… ……… ……… ……… ………
How come ‘abbreviated’ is such a long word?
………… ……… ……… ……… ……… ……… ………
Money is not everything.
There’s Mastercard & Visa.
………… ……… ……… ……… ……… ……… ………
One should love animals.
They are so tasty.
………… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… …
Behind every successful man, there is a woman
And behind every unsuccessful man, there are two.
………… ……… ……… ……… ……… ……… ………
Every man should marry.
After all, happiness is not the only thing in
life.
………… ……… ……… ……… ……… ……… ………
The wise never marry.
and when they marry they become otherwise.
………… ……… ……… ……… ……… ……… ………
Success is a relative term.
It brings so many relatives.
………… ……… ……… ……… ……… ……… ………
Never put off the work till tomorrow
what you can put off today.
………… ……… ……… ……… ……… ……… ………
‘Your future depends on your dreams’
So go to sleep
………… ……… ……… ……… ……… ……… ………
There should be a better way to start a day
Than waking up every morning
………… ……… ……… ……… ……… ……… ………
‘Hard work never killed anybody’
But why take the risk
………… ……… ……… ……… ……… ……… ………
‘Work fascinates me’
I can look at it for hours
………… ……… ……… ……… ……… ……… ………
God made relatives;
Thank God we can choose our friends.
………… ……… ……… ……… ……… ……… ………
The more you learn, the more you know,
The more you know, the more you forget
The more you forget, the less you know
So.. why learn.
………… ……… ……… ……… ……… ……… ………
A bus station is where a bus stops.
A train station is where a train stops.
On my desk, I have a work station….
what more can I say……..

from: http://www.topmdi.com/log/?p=70

Thursday, April 17, 2008

THOSE WHO ARE MAKING MERRY TODAY

"Those who do not increase dedication to worship of God as they grow older are unfortunate, for they are making a loss at time when they could be making profit. If they understood this, they would weep for what they finds amusing today."

-Fetullah Gullen-

Wednesday, April 16, 2008

Following the Path to My Faith

Here i am today, sitting on my cozy hard pink chair in my bedroom, facing to my computer screen, reading on a text, and translating the content of it. There are 15 pages more which should i finish today. Yeah, little bit tiring actually, but i love it so much, coz its content is absolutely amazing. When i read its every single line, i feel as if i reread HAMKA's Tasauf Modern but it is in a more up-to-date setting.
Yeah, I enjoy reading books related to sufism. and the text i'm translating now is about sufism and Fetullah Gullen's thinking about it. You know then why i like doing it. It's about true love (something which is impossible to express with words, for love is an emotional state that can be understood only by the lover) and the balance between the physical and the spiritual. yeah, it's like a sound momentum when i got this text from my friend. i felt it's a sign from Him to show me how to get closer to Him, 'coz these days i was busy with my own carnal business.

Here is one of the best parts of his words that i like.
"Love makes us forget our existence, and annihilates our existence in the existence of our beloved. It therefore requires the lover always to want the beloved, and thus to dedicate himself or herself, without expecting any retur, completely to the desire of the beloved."

In short, i looooooove it sooooooo much. actually, i still want to write more about it and my feeling on it. unfortunately, i must stop and continue my work. let's see then.


PS: tonight i wanna attend Cak Nun's maiyahan in Bantul. i long for it, and i have missed it for some times. but i'm not sure whether i can come or not. i have a pile of work which hasn't finished yet. oh no.

Monday, April 14, 2008

When You Divorce Me, Carry Me Out in Your Arms


Seorang teman mengirimi saya sebuah cerita tentang perceraian ini. Dan ketika saya membacanya, saya ingin cerita ini juga menginspirasi teman-teman yang lain sebagai bahan perenungan seandainya api cinta dalam rumah tangga mulai surut dikarenakan rutinitas yang mulai membelenggu, karena ego yang enggan tunduk mengalah, atau hal-hal lain yang membuat kita lupa pada apa yang sudah kita ikrarkan didepan Allah. Sekedar ingin berbagi bahwa ternyata ada begitu banyak cinta yang bernaung dalam rumah kita yang nantinya akan melangkah pergi dengan kesedihan yang mendalam seandainya kita hanya larut dengan ego dan emosi kita. Tidak ada yang namanya tak ada pilihan. Selalu ada pilihan. Dan kita adalah penentunya. Saya jadi ingat ungkapan Paulo Coelho dalam bukunya “The Alchemist” bahwa dalam setiap perjalanan selalu diawali dengan keberuntungan bagi sang pemula dan diakhiri dengan ujian berat bagi sang pemenang.

Yah….akan selalu ada musim penghujan diantara musim-musim yang berlalu yang menyapa perjalanan pernikahan kita. Dan hujan memang harus turun bagi setiap jiwa yang dahaga agar kita bisa menemukan hakekat kesegaran dibaliknya. Inilah cerita itu temanku.



Pada hari pernikahanku, aku membopong istriku. Mobil pengantin berhenti didepan flat kami yg cuma berkamar satu. Sahabat2ku menyuruhku untuk membopongnya begitu keluar dari mobil. Jadi kubopong ia memasuki rumah kami. Ia kelihatan malu2. Aku adalah seorang pengantin pria yg sangat bahagia.


Ini adalah keja dian 10 tahun yg lalu. Hari2 selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air bening: Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha dan berusaha untuk menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih diantara kami pun semakin surut.


Ia adalah pegawai sipil. Setiap pagi kami berangkat kerja bersama2 dan sampai dirumah juga pada waktu yg bersamaan. Anak kami sedang belajar di luar negeri.

Perkawinan kami kelihatan bahagia. Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yg tidak kusangka2.


Dew hadir dalam kehidupanku. Waktu itu adalah hari yg cerah. Aku berdiri di balkon. dengan Dew yg sedang merangkulku. H atik u sekali lagi terbenam dalam aliran

cintanya. ini adalah apartment yg kubelikan untuknya.


Dew berkata , "Kamu adalah jenis pria terbaik yg menarik para gadis."


Kata2nya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku. Ketika kami baru menikah, istriku pernah berkata, "Pria sepertimu, begitu sukses, akan menjadi sangat menarik bagi para gadis."


Berpikir tentang ini, Aku menjadi ragu2. Aku tahu kalo aku telah menghianati istriku. Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku melepaskan tangan Dew dan berkata, "Kamu harus pergi membeli beberapa perabot, O.K.? Aku ada sedikit urusan dikantor" Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah berjanji menemaninya.


Pada saat tersebut,ide perceraian menjadi semakin jelas dipikiranku walaupun kelihatan tidak mungkin. Bagaimanapun, aku merasa sangat sulit untuk membicarakan hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun ku jelaskan, ia pasti akan sangat terluka. Sejujurnya,ia adalah seorang istri yg baik. Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk santai didepan TV. Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton TV sama2. Atau, Aku akan menghidupkan komputer, membayangkan tubuh Dew. Ini adalah hiburan bagiku.


Suatu hari aku berbicara dalam guyon, "Seandainya kita bercerai, apa yg akan kau lakukan?"


Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa bersuara. Kenyataannya ia percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yg sangat jauh dari ia. Aku tidak bisa

membayangkan bagaimana ia akan menghadapi kenyataan jika tahu bahwa aku serius.


Ketika istriku mengunjungi kantorku, Dew baru saja keluar dari ruanganku. Hampir seluruh staff menatap istriku dengan mata penuh simpati dan berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu selama berbicara dengan ia... Ia kelihatan sedikit kecurigaan. Ia berusaha tersenyum pada bawahan2ku. Tapi aku membaca ada

kelukaan di matanya.


Sekali lagi, Dew berkata padaku, "Dave, ceraikan ia, O.K.? Lalu kita akan hidup bersama."


Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh ragu2 lagi.


Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, kupegang tangannya, " Ada sesuatu yg harus kukatakan"


Ia duduk diam dan makan tanpa bersuara. Sekali lagi aku melihat ada luka dimatanya. Tiba2 aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi ia tahu kalo aku terus

berpikir.


"Aku ingin bercerai", ku ungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang.


Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata2ku, tapi ia bertanya secara lembut, "Kenapa?"


"Aku serius." Aku menghindari pertanyaannya.


Jawaban ini membuat ia sangat marah. Ia melemparkan sumpit dan berteriak kepadaku, "Kamu bukan laki2!!!".


Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang menangis... Aku tahu kalau ia ingin tahu apa yg telah terjadi dengan perkawinan kami. Tapi aku tidak bisa

memberikan jawaban yg memuaskan sebab hatiku telah dibawa pergi oleh Dew. Dengan perasaan yg amat bersalah, Aku menuliskan surai perceraian dimana

istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari perusahaanku. Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa bagian...


Aku merasakan sakit dalam hati. Wanita yg telah 10 tahun hidup bersamaku sekarang menjadi seorang yg asing dalam hidupku. Tapi aku tidak bisa mengembalikan apa yg telah kuucapkan. Akhirnya ia menangis dengan keras di depanku, dimana hal tersebut tidak pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, tangisannya merupakan suatu pembebasan untukku. Ide perceraian telah menghantuiku dalam beberapa minggu ini dan sekarang sungguh2 telah terjadi...


Pada larut malam, aku kembali ke rumah setelah menemui klienku. Aku melihat ia sedang menulis sesuatu. Karena capek aku segera ketiduran. Ketika aku terbangun

tengah malam, aku melihat ia masih menulis. Aku tertidur kembali.


Ia menuliskan syarat2 dari perceraiannya: ia tidak menginginkan apapun dariku, tapi aku harus memberikan waktu sebulan sebelum menceraikannya, dan dalam waktu

sebulan itu kami harus hidup bersama seperti biasanya.


Alasannya sangat sederhana: Anak kami akan segera menyelesaikkan pendidikannya dan liburannya adalah sebulan lagi dan ia tidak ingin anak kami melihat kehancuran rumah tangga kami.


Ia menyerahkan persyaratan tersebut dan bertanya, "Dave, apakah kamu masih ingat bagaimana aku memasuki rumah kita ketika pada hari pernikahan kita?"


Pertanyaan ini tiba2 mengembalikan beberapa kenangan indah kepadaku. Aku mengangguk dan mengiyakan.


"Kamu membopongku dilenganmu", katanya, "Jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap membopongkuku pada waktu perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir bulan ini, setiap pagi kamu harus membopongku keluar dari kamar tidur ke pintu."


Aku menerima dengan senyum. Aku tahu ia merindukan beberapa kenangan indah yg telah berlalu dan berharap perkawinannya diakhiri dengan suasana romantis.


Aku memberitahukan Dew soal syarat2 perceraian dari istriku. Ia tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya.


"Bagaimanapun trik yg ia lakukan,ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini," ia mencemooh. Kata2nya membuatku merasa tidak enak.


Istriku dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak kukatakan perceraian itu. kami saling menganggap orang asing. Jadi ketika aku membopongnya dihari pertama, kami kelihatan salah tingkah. Anak kami menepuk punggung kami, "Wah, papa membopong mama, mesra sekali" Kata2nya membuatku merasa sakit... Dari

kamar tidur ke ruang duduk, lalu ke pintu, aku berjalan 10 meter dengan ia dalam lenganku. Ia memejamkan mata dan berkata dengan lembut, "Mari kita mulai hari ini,

jangan memberitahukan pada anak kita." Aku mengangguk,merasa sedikit bimbang. Aku melepaskan ia di pintu. Ia pergi menunggu bus, dan aku pergi ke kantor.


Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di dadaku, Kami begitu dekat sampai2 aku bisa mencium wangi di bajunya. Aku menyadari bahwa aku

telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita ini. Aku melihat bahwa ia tidak muda lagi. Beberapa kerut tampak di wajahnya.


Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, "Kebun diluar sedang dibongkar. Hati2 kalau kamu lewat sana ."


Hari keempat, ketika aku membangunkannya, aku merasa kalau kami masih mesra seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong kekasihku dilenganku. Bayangan Dew menjadi samar.


Pada hari kelima dan enam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal, seperti dimana ia telah menyimpan baju2ku yg telah ia setrika, aku harus hati2 saat

memasak, dll.


Aku mengangguk. Perasaan kedekatan terasa semakin erat. Aku tidak memberitahu Dew tentang ini. Aku merasa begitu ringan membopongnya. Berharap setiap hari pergi ke kantor bisa membuatku semakin kuat.


Aku berkata padanya, "Kelihatannya tidaklah sulit membopongmu sekarang". Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu untuk membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba beberapa tapi tidak bisa menemukan yg cocok. Lalu ia melihat, "Semua pakaianku kebesaran". Aku tersenyum. Tapi tiba2 aku menyadarinya sebab ia semakin kurus itu sebabnya aku bisa membopongnya

dengan ringan bukan disebabkan aku semakin kuat. Aku tahu ia mengubur semua kesedihannya dalam hati. Sekali lagi, aku merasakan perasaan sakit. Tanpa sadar ku sentuh kepalanya.


Anak kami masuk pada saat tersebut. "Pa, sudah waktunya membopong mama keluar" Baginya, melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi bagian yg penting. Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya dan merangkulnya dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan berubah pikiran pada detik terakhir.


Aku menyanggah ia dilenganku, berjalan dari kamar tidur, melewati ruang duduk ke teras. Tangannya memegangku secara lembut dan alami. Aku menyanggah badannya dengan kuat seperti kami kembali ke hari pernikahan kami. Tapi ia kelihatan agak pucat dan kurus, membuatku sedih.


Pada hari terakhir, ketika aku membopongnya dilenganku, aku melangkah dengan berat. Anak kami telah kembali ke sekolah. Ia berkata, "Sesungguhnya aku berharap kamu akan membopongku sampai kita tua". Aku memeluknya dengan kuat dan berkata "Antara kita saling tidak menyadari bahwa kehidupan kita begitu mesra".


Aku melompat turun dari mobil tanpa sempat menguncinya.


Aku takut keterlambatan akan membuat pikiranku berubah.


Aku menaiki tangga.


Dew membuka pintu.


Aku berkata padanya, "Maaf Dew, Aku tidak ingin bercerai. Aku serius".


Ia melihat kepadaku, kaget. Ia menyentuh dahiku."Kamu tidak demam".


Kutepiskan tangannya dari dahiku "Maaf, Dew... Aku cuma bisa bilang maaf padamu. Aku tidak ingin bercerai. Kehidupan rumah tanggaku membosankan disebabkan ia dan aku tidak bisa merasakan nilai2 dari kehidupan, bukan disebabkan kami tidak saling mencintai lagi. Sekarang aku mengerti sejak aku membopongnya masuk ke rumahku, ia telah melahirkan anakku. Aku akan menjaganya sampai tua. Jadi aku minta maaf padamu"


Dew tiba2 seperti tersadar. Ia memberikan tamparan keras kepadaku dan menutup pintu dgn kencang dan tangisannya meledak.


Aku menuruni tangga dan pergi ke kantor. Dalam perjalanan aku melewati sebuah toko bunga, ku pesan sebuah buket bunga kesayangan istriku. Penjual bertanya "Apa yg mesti ia tulis dalam kartu ucapan?"


Aku tersenyum, dan menulis "Aku akan membopongmu setiap pagi sampai kita tua..."


Begitulah kawan. Mungkin ada yang menganggap cerita ini terlalu sentimentil. Tapi bagiku, kisah ini memberikanku pelajaran bahwa kadang kita perlu bantuan untuk menyadari apa yang sepatutnya kita sadari. Sebagian besar keindahan tidak tampak di mata, tapi terlihat dari hati. Dan…selalu ada pilihan untuk kita jemput, menggendong cinta kita sampai di tujuan atau membiarkannya berlalu dan menyisakan kedukaan di tengah jalan.

PS:. it's taken from my friend's email forward

Friday, April 11, 2008

SING YOUR WAY HOME


That’s the title of my favorite children song. Well, singing the song just reminds me to the old days of mine, when I did enjoyed much being a university student in the State University of Yogyakarta. This song was taught by Mr. and Mrs. C (well, that’s the way we called Mr. and Mrs. Harold Christensen, our lecturer.) when I was taking my special subject for teaching young learner during my English teaching class. Here is the song.

Sing your way home at the end of the day
Sing your way home cease the shadow away
Smile every mile for air you may roam
It would lighten your load
It would brighten your road if you sing your way home.


See, it’s so simple that perhaps you can just remember it for a second. When you read the line-by-line words in the song lyric and try to go inside them deeply, you’ll find it as a philosophical song. It’s like powerful words which say that there is no need to worry something since there are many things which are left to thanks for.

MS. RISK


Dreams are ….illustration from the book your soul is writing about you.
(Marsha Norman)

Will you take the risk for them?
Sure. Why not?

A VALEDICTION: FORBIDDING MOURNING

As virtuous men pass mildly away,
and whisper to their souls to go,
while some of their sad friends do say,
the breath goes now, and some say, no:

So let us melt, and make no noise,
No tear-floods, nor sigh-tempests move,
'Twere profanation of our joys
To tell the laity our love.

Moving of th' earth brings harms and fears,
Men reckon what it did and meant,
But trepidation of the spheres,
Though greater far, is innocent.

Dull sublunary lovers' love
(Whose soul is sense) cannot admit
Absence, because it doth remove
Those things which elemented it.

But we by a love so much refined,
That ourselves know not what it is,
Inter-assured of the mind,
Care less, eyes, lips, and hands to miss.

Our two souls therefore, which are one,
Though I must go, endure not yet
A breach, but an expansion,
Like gold to airy thinness beat.

If they be two, they are two so
As stiff twin compasses are two,
Thy soul the fixed foot, makes no show
to move, but doth, if th' other do.

And though it in the center sit,
Yet when the other far doth roam,
It leans and hearkens afetr it,
And grows erect, as that comes home.

Such wilt thou be to me, who must
Like th' other foot, obliquely run;
Thy firmness makes my circle just,
And makes me end, where I begun.

-John Donne (1572-1631)-

SOMEONE YOU DREAM OF VS SOMEONE YOU CANNOT LIVE WITHOUT

Which one will you choose to be your spouse?
Why?



Gimme a Break

Wow..wow...it's like a hell day in the serial of blala..blaa..(I didn't remember what was it.)
it's like a satire joke for my life...
I just remembered these days I felt too scattered to do something. No garden. No cooking. No singing. No mailing. No chatting. No writing. Just the mundane of life happening over and over. I felt crippled. There must be something wrong with my life these day. I couldn’t help it. Then I decided to go somewhere, a place where I could find the joy of my life.

EPHEMERA

By letto

I do remember hate that came after .. a broken heart ..
Sadness that make me so helpless .. I cant fight ..
I can remember how long it last ..
I'm sure it went away so freakin’ fast ..

Far too many emotions
that taint my soul
before my faith
and often I drown in the moment
when in the end they all ..
ephemera

I do remember laughter that can make .. my stomach hard
With happiness that make it all pretty .. even a dirt ..
I can remember how long it last ..
I'm pretty sure it went away so fast ..

# far too many emotions
that taint my soul
before my faith
and often I drown in the moment
when in the end they are
ephemera

a perfect dream of a vivid fantasy
imagination that could comeback to me
#

where every path I take feels seem the only on the right direction ..

so I’m growing old but life doesn't seem as pretty ..
with sometimes life as not blue as an endless sea ..

(blue as the sea.. blue as the sky )
everywhere I look everywhere I turn ..
every time I grow and every time I burn
I should not mind to morn ..
sometimes it just ..
ephemera ..

Monday, April 07, 2008

Another Scholarship Sites

http://www.scholarshipexpert.com
http://www.thescholarindonesia.com/detail/?Teaching_Scholarships,_University_of_York_The_Graduate_Schools_Office,_University_of_York.html&oid=&fid=&iid=312

Saturday, April 05, 2008

April 1st 2008

I wrote this on the 1st April '08:

"The day's changing.
The time's running.
Then I'm flying.
Trying to pursue
My dreams...my happiness...
They run fast...
But I run faster
Then we'll meet
through the momentum of love."

 
design by suckmylolly.com